Thursday, April 10, 2008

Me, Myself, and Brand (edisi pagi)

Anda pernah menghitung merek-merek produk apa saja yang Anda gunakan sejak bangun pagi hingga tidur malam? Hari ini tanpa alasan khusus saya mencoba melakukannya. Tetapi untuk edisi kali ini, saya akan membatasi merek-merek yang berkecimpung di dunia saya saat pagi menuju siang hari (05.45-12.00). Selamat menikmati!

1. Terkantuk-kantuk dalam suasana pagi, sebagai muslim saya melakukan ibadah sholat Subuh. Berwudhu dengan air tanah yang diambil dengan pompa air Sanyo (Jepang). Selesai membasahi beberapa bagian tubuh, saya mengambil sarung Gajah Duduk atau Atlas (keduanya Indonesia) untuk kemudian mengalasi kaki saya dengan sajadah Fatah (Turki).

2. Menurut Ibu saya, baik untuk meminum segelas air putih di pagi hari supaya awet muda, benarkah? Entah, yang jelas saya meminum segelas air mineral beremerk Aqua (Perancis). Perlu diketahui bahwa Aqua Golden Mississippi kini sudah dimiliki oleh perusahaan asal Perancis, Danone.

3. Biasanya saya membaca koran atau menonton berita pagi. Surat kabar langganan saya adalah Kompas (Grup Gramedia) dan stasiun TV favorit saya adalah Metro TV (Media Group). Kedua sumber berita ini asli milik Indonesia. Tetapi tidak dengan TV-nya, karena di rumah saya terpajang TV Sharp 21” (Jepang). Sambil mengisi otak dengan informasi bermutu, sesekali saya menyeruput teh Sariwangi (Unilever: Amerika, dan ada juga bagian Indonesianya) yang diberi dua sendok Gulaku (Indonesia).

4. Matahari beranjak tinggi, saatnya mandi. Toilet kamar mandi saya bermerek Toto (Italia), gayung Star (Indonesia), handuk Palmer (Amerika), sabun Lifebuoy (Unilever: Amerika), shampo Dove (Unilever: Amerika) atau Pantene (P&G: Amerika), conditioner Pantene (P&G: Amerika), sikat gigi Pepsodent (Unilever: Amerika), pasta gigi Pepsodent (Unilever: Amerika), sabun cuci muka Dove (Unilever: Amerika), serta deodoran Rexona (Unilever: Amerika).

5. Selesai mandi, berganti pakaian. Untuk inside wear saya menggunakan merek Rider (Amerika) dan Crocodille (Amerika), serta kadang-kadang GT-Man (Indonesia). Untuk outside wear, terutama celana jeans saya memiliki merek favorit yaitu Lee Cooper (Inggris). Sedangkan baju kaos saya tidak punya preferensi merek tertentu, yang penting muat dengan tubuh besar saya. Tetapi untuk baju polo, tentu saja merek Polo (Inggris) atau Country Fiesta (Amerika) menjadi pilihan saya. Merek baju lain yang sering saya gunakan adalah baju pemberian dari sales-sales korporat yang memberi reward pada toko-toko seperti milik orang tua saya.

6. Selesai mandi dan berganti pakaian, saatnya makan dimana tidak ada merek khusus, kecuali untuk sendok dan garpu makan tanpa merek yang diproduksi oleh pengusaha di kampung halaman orang tua saya (Tulungagung: Indonesia). Yah, kalaupun mau dipaksakan, saya biasa makan tempe dan tahu yang berasal dari kedelai (mayoritas impor dari Amerika), telur (Indonesia), Indomie (Indonesia), atau nasi uduk (tetangga saya: Indonesia).

7. Selesai makan, saya memakai sepatu Converse (Amerika) atau Adidas (Amerika) sebagai rumah dari kaki saya yang berukuran 43 (US size)

8. Selesai urusan di rumah, saatnya pergi ke kampus. Sebelum memanaskan mobil Suzuki Forsa GLX 1989 (Jepang), saya memeriksa oli mesin apakah masih cukup atau tidak. Jika tidak oli mesin Eneos (Jepang) harus ditambahkan agar mobil saya tidak mogok. Belum lagi mengecek oli rem Prestone (Amerika). Kebetulan minggu kemarin saya baru saja ganti ban baru bermerek Goodyear (Amerika). Masuk mobil, bau pengharum Ambi Pur (Jerman) terasa semerbak. Mobil tua kesayangan saya ini pun memiliki tanda mata dari beberapa merek luar, ia pernah ditabrak oleh Toyota Pick Up (Jepang), Toyota Vios (Jepang), Mercedes Benz (Jerman), motor Honda (Jepang), dan beberapa pengemudi motor lain yang langsung tancap gas sebelum saya sempat melihat merek kendaraan mereka (Lho? Ga lihat plat nomornya?).

9. Perjalanan akan terasa membosankan tanpa musik, maka saya memutar stasiun radio Jak FM (Indonesia) dengan audio player bermerk Sony (Jepang). Karena Sony saya sudah tidak memiliki fungsi tape maupun CD, maka saya juga sering mendengarkan lagu lewat MP3 player hadiah dari Bank Danamon (Kepemilikan oleh Singapura) yang bermerek Samsung (Korea Selatan).

10. Di jalan raya, banyak mobil berseliweran dengan beragam merek yang tidak bisa saya sebutkan satu demi satu karena saking banyaknya (yang jelas semua luar negeri, selain Timor). Selain mobil pribadi, adapula mikrolet dengan Toyota Kijang (Jepang), ojek dengan Honda, Suzuki, mocin, dll (Jepang dan Cina), metromini dengan Nissan (Jepang), bis pariwisata dengan Mercedes Benz (Jerman), dan adapula mobil polisi Mazda RX8 (Jepang) atau Nissan Skyline (Jepang).

Setidaknya sampai pada aktivitas di pagi hari, boleh dibilang saya menggunakan 80% lebih merek dari luar negeri. Hmm... Saya jadi bingung, bagaimana saya bisa bilang cinta produk Indonesia ya? Atau memang belum ada produk lokal yang bermain? Yang jelas, saya lebih suka pakai Converse dibandingkan Spotec. Waduh!

Nantikan merek-merek di siang hingga malam hari pada edisi berikutnya.

Oh ya, sementara menunggu, bagaimana kehidupan Anda dengan merek-merek di pagi hari?

Thursday, February 28, 2008

Songong Sehingga Ompong

Apakah Anda mengikuti berita tentang persidangan Zaenal Ma’arif yang dituduh mencemarkan nama Presiden SBY? Beberapa waktu lalu, setelah dicopot dari jabatannya sebagai anggota DPR, Zaenal Ma’arif membeberkan bahwa Presiden SBY pernah melakukan pernikahan sebelum menjadi tentara. Hal ini dianggap sebagai fitnah oleh SBY, sehingga ia melaporkan Zaenal Ma’arif ke pihak kepolisian. Kini disaat dirinya ditetapkan sebagai tersangka, Zaenal Ma’arif tidak mau mengakui jika ia pernah menuduh SBY menikah pada usia muda. Well, menurut saya karir poltiknya telah tamat. Diasingkan oleh partai politiknya, menjadi ‘musuh’ Presiden, dan tidak mendapat dukungan dari elemen masyarakat sudah bisa menjadi justifikasi pendapat saya.

Songong, kata ini sering saya dengar saat masih kecil, dan kini saya ketahui berasal dari bahasa Betawi. Kata ini dapat pula bermakna sombong, arogan, congkak atau senga’. Menurut agama, sombong adalah sifat yang tercela. Orang bijak juga mengatakan sombong sebagai perilaku yang tidak baik. Benarkah?

Alkisah tersebutlah sebuah merek di Jepang bernama Snow Brand. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1925 ini bergerak di bidang makanan dan minuman dan memiliki produk bervariasi, dari susu bayi, produk dairy, es krim, minuman beralkohol, hingga pakan ternak. Saat itu merek ini merupakan market leader di kategori mereka dengan market share sekitar 45% atau hampir setengah dari konsumen di Jepang. Tetapi semua itu berubah pada tahun 2000.

Masalah muncul di ketika muncul kasus keracunan di bagian barat Jepang, tidak tanggung-tanggung, korbannya mencapai 15.000 orang. Kasus keracunan makanan adalah hal yang paling ditakuti oleh perusahaan makanan dan minuman. Setelah diselidiki, ternyata sumber racun berasal dari bakteri di parbrik Osaku miliki Snow Brand Milk Products Co. yang memproduksi susu low-fat.

Perusahaan kemudian tidak ingin masalah ini muncul ke publik dan menimbulkan ekses negatif kepada brand mereka. Salah satu tindakan mereka adalah dengan membatasi penarikan produk dari pasar. Pusat kesehatan publik kota Osaka kemudian memerintahkan penarikan dua macam produk susu dan meminta Snow Brand menarik produk lainnya secara sukarela. Ini adalah hal terakhir yang ingin dilakukan oleh perusahaan karena akan menimbulkan pemberitaan buruk bagi mereka. Tetapi pemerintah pusat kemudian memberikan teguran keras dan memerintahkan dilakukan penarikan produk. Snow Brand kemudian setuju untuk menarik produk seraya meminta pemerintah untuk tidak mengumumkan perihal perintah penarikan tersebut. Rupanya Snow Brand ingin memberikan kesan sukarela dalam penarikan produk mereka.

Sialnya, pemerintah justru mengumumkan perintah penarikan dan permintaan Snow Brand dalam membujuk pemerintah itu. Selain itu, muncul anggapan di masyarakat bahwa perusahaan berusaha menutupi insiden keracunan ini. Snow Brand mengatakan bahwa luas area yang terkontaminasi bakteri kecil, tetapi hasil penyelidikan menyimpulkan area terdampak lebih luas dari yang diklaim Snow Brand. Persepsi buruk juga bertambah lantaran arogansi CEO Snow Brand, Tetsuro Ishikawa, yang berusaha mati-matian mendapatkan dukungan untuk membantu klaim perusahaan.

Kasus yang dialami oleh Snow Brand mengakibatkan sang CEO harus masuk rumah sakit, diikuti oleh pengunduran dirinya dan seluruh jajaran eksekutif tertinggi di perusahaan. Dampak dahsyat dialami oleh perusahaan yang harus menanggung kerugian di tahun tersebut sebesar 52,9 miliar yen, mengakibatkan mereka harus menutup delapan pabrik. Market Share yang sempat mencapai 45% terjun bebas hingga hanya 6% dalam waktu singkat. Perusahaan tua itu kemudian dinyatakan bangkrut, untuk kemudian dibeli oleh Nestle Japan Ltd. Snow Brand saat itu gagal menagani krisis lantaran bergerak terlalu lamban dalam menanganinya. Perusahaan lebih memikirkan kondisi kesehatan keuangannya dibandingkan dengan kondisi konsumennya, yang notabene adalah faktor utama yang menyehatkan perusahaan selama berpuluh-puluh tahun.

Untuk memperbaiki akibat dari kesombongan manajemen terdahulu yang tidak ingin mengakui kesalahan mereka, langkah pertama yang dilakukan oleh Kohei Nishi sebagai CEO baru adalah meminta maaf pada masyarakat luas. Menyatakan bahwa perusahaan menyadari kesalahannya dan berkeinginan untuk memperbaiki diri. Kini kinerja Snow Brand perlahan-lahan mulai menunjukkan kemajuan, meski belum mencapai keadaan saat berada di masa emasnya.

Belajar dari kasus Snow Brand, selayaknya sifat songong itu harus ditempatkan pada posisi yang seimbang. Bagi saya, sombong diperlukan selama masih dalam lingkup membangkitkan kepercayaan diri, tetapi jika sombong dapat membuat saya tersandung, sebaiknya kita mulai menundukkan kepala untuk melihat apa yang mengganjal di jalan ketika kita berjalan. Kalau benar, ya jalan terus, jika salah, ya minta maaf. Tidak mudah sih! sayapun termasuk orang yang suka tidak peduli pendapat orang lain, senang bekerja dan memaksakan pendapat diri. Tapi, setidaknya awareness mengenai akibat dari kecongkakan sudah saya dan Anda ketahui bersama. Yap! Let’s just get better.